Selasa, 15 Desember 2009
Bumi dan Planet-Planet Lainnya
Rabu, 25 November 2009
Kelahiran Ruang-Waktu dan Jagat-Raya
P |
Sabtu, 14 November 2009
Mencegah perubahan alam
Agar tidak timbul bencana, sudah seharusnya manusia menjaga agar alam ini tetap seimbang dan stabil. Hutan tidak di gunduli, tambang tidak disedot habis-habisan, udara tidak dicemari. Peraturan dan pengaturan yang ketat akan sia-sia manakala manusia tidak menyadari perilaku jahatnya dapat mengakibatkan efek kehancuran.
Dari sinilah timbul korelasi bencana dengan sifat alam dan manusia sebagai pelaku pemicu bencana. Dengan demikian bencana dapat terjadi manakala manusia bersifat serakah, mengejar harta berlebihan, rakus dan sifat jelek lainnya.
Dengan demikian kita bisa menyusun pertanda terjadinya bencana besar adalah munculnya penjahat-penjahat besar (tokoh) dan mengutamakan keserahakan sebagai sifat berteman dengan jin. Atau kesimpulan berikut ini tidaklah salah : "Alam yang tidak ramah akibat manusia yang bersifat jahat, korupsi muncul dimana-mana, penjahat merajalela, manusia menjadi ganas dan memakan manusia lainnya". Alam tidak bisa di bohongi !
Pembahasan manusia sebagai titik sentral penyebab bencana akhirnya melahirkan sifat dasar dorongan berbuat jahat yakni bentuk roh yang tidak stabil. Mengapa bentuk roh tidak stabil ? karena melupakan bentuk stabil itu !. Dari sinilah peran agama dibutuhkan untuk mengembalikan manusia pada bentuk dasarnya yang stabil yakni ingat kepada Allah dan condong berbuat baik, sehingga menjadi cahaya bagi masyarakat dan alam ini
Bagi pelaku alam yang memiliki roh bentuk tidak stabil (selalu melakukan kejahatan), maka akibat bencana itu adalah azab, sedangkan bagi roh yang stabil maka bencana itu adalah ujian. Beberapa manusia diselamatkan dari bencana itu, bertujuan untuk menerangkan kepada manusia agar selalu berbuat baik.
Hal ini sangat masuk akal ketika bencana pun melanda orang yang sedang sholat subuh di banjarnegara januari 2006. Bukankah perjalan hidup ini adalah menjaga hidup ini seperti bayi lagi (tanpa dosa) atau secara bahasa simbol adalah selalu berpola abadi 1-2-2-1-3. Hal yang masuk akal bahwa yang selamat adalah universal tanpa memandang ras, suku dan agama tertentu, sebaliknya juga adalah masuk akal jika korban adalah manusia tanpa memandang ras, suku dan agama tertentu.
Orang yang menang adalah ketika datang bencana entah menjadi korban atau tidak selalu dalam keadaan seperti bayi yang baru di lahirkan, sifat ini terlahir sebagai sifat untuk melarang orang-orang berbuat jahat.
Bagaimana gempa bumi, gunung meletus, kabut asap dan bencana lainnya adalah ulah manusia ? . Penjelasan ini sangat masuk akal saat kita tidak tahu bahwa penyakit kulit itu berdampingan dengan penyakit kelamin. Ketika orang suka pergi ke PSK, maka terjadi perubahan pada dirinya dari bentuk stabil menjadi bentuk tidak stabil atau sudah tidak stabil, kemudian menumpuk ketidakstabil. Ef ek dari kepergian ke PSK, maka tubuh beradaptasi dan lahirlah penyakit kulit. Bagaimana hubungan kulit dan kelamin muncul ? tidak lain karena mahluk kecil yang bernama virus.
Bayangkan tubuh tadi adalah satu sistem yang saling ketergantungan, roh dengan kelamin dan kulit tidak berubungan sama sekali, namun ketika tubuh bereaksi untuk adaptasi terhadap perubahan yang dilakukan oleh dorongan roh untuk ke PSK, maka fisik akan berpengaruh.
Sama halnya alam ini adalah satu sistem kesatuan yang seimbang, saat manusia melakukan aktifitas yang berlebihan maka untuk adaptasi ini alam melakukan keseimbangan baru. Sebab kabut asap adalah ulah manusia, sebab lumpur lapindo adalah ulah manusia, sebab gempa bumi-pun adalah ulah manusia yang tidak secara langsung karena menganggu keseimbangan alam.
Lalu kalau tidak ada manusia, apakah tidak ada gempa bumi, tidak ada gunung meletus ? Jawaban ini cukup mudah di mengerti saat manusia bukanlah satu-satunya pelaku ketidak seimbangan alam ini. Bumi sendiri yang sedang bergerak menuju pada kestabilan baru setelah parameter diubah. Artinya parameter itu datangnya secara alami, bertujuan untuk keseimbangan baru agar pelaku alam menjadi lebih aman dengan melepaskan 'sesuatu' (gempa, gunung meletus) sehingga keseimbangan baru muncul, akhirnya bumi selamat dari kehancuran global.
Adalah aneh yang terjadi pada manusia, saat bencana muncul tidak melihat penyebab asal, namun lebih pada ketakutan dirinya sendiri, sehingga menggantungkan dirinya pada sesuatu yang lebih tinggi. Penuhanan gunung, bumi dan simbol-simbol lain adalah bentuk gambling umat manusia terhadap ketakutan dirinya menghadapi pergerakan alam.
Jika mengacu pada bentuk keseimbangan alam, tentu umat manusia tidak perlu kuatir, namun yang lebih penting bagaimana menjaga alam ini, sehingga umat manusia tidak semakin parah menuju pada kehancuran. Secara individu adalah bentuk keseimbangan roh dengan mengingat keabadian atau menghadirkan nama Allah dalam roh masing-masing sebagai dorongan berbuat baik adalah merupakan cahaya bagi pelaku alam lain. Secara negara, maka menghindari munculkan bentuk tidak stabil dominan (tokoh berbuat jelek) adalah sangat penting, jangan sampai di permukaan terlihat bersih, namun di dalam sangat kotor. Alam tidak bisa di bohongi !
Alam tidak bisa di tipu, sama halnya ketika manusia sudah sering kencan dengan PSK, maka bentuk anatomi tubuh juga ikut beradaptasi. Mata tidak bisa di tipu ketika mata manusia jelalatan saat melihat gadis, atau karena sering nonton porno, maka wajah manusia tidak memancarkan cahaya, namun lebih memancarkan nafsu. Alam tidak bisa di tipu saat banyak terjadi bencana, maka di situlah atau di dalam situlah terjadi masalah besar akibat pola manusia, walau terlihat bersih
Runtutan Bencana
Kebarakaran di tahun 2006 yang semakin menggila adalah bentuk adaptasi alam terhadap ganasnya cuaca panas di indonesia. Gempa bumi yang berturut-turut dan gunung meletus merupakan pertanda terjadinya pergeseran lempeng mencari bentuk kestabilan baru.
Bayangkan saja sebuah bejana air 100 ml kemudian di rebus untuk mendidih diperlukan energi 10 joule dan dalam waktu 10 menit. Jika semakin banyak air, maka juga diperlukan semakin banyak energi pula, selain itu juga waktu yang dibutuhkan juga semakin lama.
Kalau di lihat dari pergerakan gunung berapi dan rententan gempa bumi, tentu kita dapat melihat secara global, bahwa di dalam bumi terjadi 'sesuatu' sebagaimana halnya rebusan air raksasa. Lumpur lapindo, merapi meletus, dan gempa bumi dalam waktu yang berdekatan seharusnya menjadi warning bagi pelaku alam, bahwa bumi sedang mencapai kestabilan baru.
Belum lagi pemuaian rel kereta api, sehingga banyak kereta api yang anjlok, merupakan inti dari pemanasan yang terjadi secara luas, saking luasnya maka tidak dirasakan oleh manusia yang berskala lokal. Manusia hanya merasakan sebagai bentuk cuaca yang 'gerah' dan panas, kemudian secara kasat mata kebakaran banyak terjadi.
Jelasnya kebakaran, gempa bumi, gunung meletus, lumpur lapindo, rel kereta melengkung, awan-awan vertikal dan melengkung, hujan badai, longsor, kabut asap adalah bentuk rumit sebagai akibat bentuk sederhana bahwa bumi sedang bergerak menuju pada bentuk kestabilan baru.
Sama halnya ketika kita kumpulkan orang seluruh dunia untuk 'buang air kecil' di suatu tempat, maka volume yang di hasilkan dapat menjadi sebuah danau. Hal yang kecil yang terpisah tidak akan terlihat efeknya secara langsung, namun jika di kumpulkan hal itu menjadi kekuatan luar biasa.
Perubahan bumi sebagai bentuk sederhana (deterministik) untuk mencapai kestabilan baru, memaksa beberapa mahluk untuk menyesuaikan diri. Mahluk yang paling cepat merasakan perubahan ini justru mahluk terkecil, sehingga tidak heran muncul virus-virus yang ganas dan termutasi karena adaptasi dari perubahan ini. Kasus flu burung boleh jadi adalah pertanda awal sebagai perubahan alam yang menuju pada bentuk kestabilan baru.
Kestabilan baru ini pun ditandai dengan lahirnya bayi-bayi aneh di indonesia yang pada tahun 2006 ini mencapai rekor, dimana mirip dengan kasus virus, bahwa perubahan alam menuju pada kestabilan baru tidak dapat dirasakan oleh manusia. Berbeda dengan pembelahan sel sebagai inti dari proses terjadinya kelahiran bayi. Dunia kedokteran 'menyalahkan' gizi atau makanan sebagai sumber penyebab munculnya bayi aneh aneh. Namun kalau melihat secara komprehensif dari bayi-bayi aneh, maka tidaklah aneh bahwa perubahan bumi sedang terjadi.
Berkaca dari dinosaurus sebagai mahluk raksasa yang tidak mengetahui sebelumnya bahwa dia akan musnah, berbeda dengan binatang komodo yang mampu bertahan dari perubahan alam yang ekstrim. Manusia adalah mahluk raksasa pada ukuran virus, sehingga ketika virus sudah memberikan sinyal adanya bentuk kestabilan alam yang baru, maka manusia belum merasakan hal itu, dan akhirnya tahu-tahu sudah di ambang masalah seperti kasus dinosaurus.
Alam tidak bisa ditipu
Oleh Eric A *)
Bencana adalah karena sifat alam yang berubah menuju pada bentuk kestabilan baru. Ketika parameter tertentu dari alam ini berubah, maka terjadilah perubahan bentuk dalam satu kesatuan sistem. Pemanasan global mengubah iklim di beberapa tempat, bahkan pencarian es di daerah kutub, banjir di banyak tempat, pemanasan inti bumi berakibat pergerakan lempeng bumi atau gempa bumi dan tekanan dari dalam bumi dengan akibat letusan gunung berapi.
Perubahan alam ini adalah rasional dan masuk akal dan bersifat universal, tidak melanda hanya orang beragama tertentu atau ras tertentu. Di berbagai tempat di belahan bumi, bencana sepertinya tidak pernah berhenti. Bagaimana mencegah bencana ? atau paling tidak bagaimana menghadapi era masa depan yang berubah ini ?
Pertanyaan tersebut sangat sulit dijawab, utamanya alam ini yang bersifat sangat kompleks dengan parameter-parameternya. Kalau kita melihat persoalan seluruhnya, rasanya tidak mungkin mencegah, menghindari perubahan alam ini. Namun jika kita anggap hal tersebut adalah bentuk stokastik (bentuk rumit) dari alam ini, maka persoalan dapat diterjemahkan secara mudah, bahkan dengan metode fraktal kita bisa bagi belahan dunia menjadi beberapa bagian.
Asumsikan kita sudah membagi wilayah menjadi beberapa wilayah, salah satunya adalah indonesia yang paling banyak terkena bencana pada tahun-tahun 2004-2007. Kemudian kita asumsikan bahwa model stabil adalah bentuk dasar alam 1-2-2-1 yakni bentuk seimbang, sedangkan selain bentuk itu adalah bentuk yang tidak seimbang.
Saat bentuk simbol itu berubah ke arah tidak stabil, maka bentuk itu akan mempengaruhi bentuk stabil lainnya dalam rangkaian sistem. Model roh dapat menjelaskan keterkaitan tidak langsung antara bentuk model dengan bentuk fisik. Anggap model roh adalah kumpulan bentuk stabil 1-2-2-1, maka dalam masa hidup, pemilik roh tidak akan mudah terserang penyakit.
Berbeda dengan banyaknya bentuk tidak stabil (suka bohong, penipu, perasaan iri, dengki, sok, sombong, pamer dsb) berada banyak di dalam roh, maka bentuk tidak stabil itu akan menjadi sebab dari berkembangnya penyakit secara fisik. Saat orang marah yang tidak terkendali (bentuk tidak stabil), maka mata menjadi merah, emosi labil dan denyut nadi bertambah keras, ujung-ujungnya adalah penyakit fisik.
Ketika bentuk tidak stabil menjadi pilihan dengan selalu memilih 1-2-'1, maka makanan yang masuk ke dalam mulut adalah makanan enak-enak dan semua kepuasan dunia yang dikejar. Efek jangka panjang adalah penyakit fisik.
Sebagai perbandingan adalah hewan yang selalu dalam bentuk kestabilan (tidak memiliki pilihan 2-kiri sehingga muncul simbol 1-2-1'), bandingkan penyakit yang terjadi pada hewan tidak sekomplek yang terjadi pada manusia. Pilihan 2-kiri itulah salah satu penyebab penyakit yang berkembang tidak terkendali. Contoh HIV/AIDS adalah salah satu penyakit akibat kelamin, berbeda dengan hewan yang hampir tidak pernah terdengar ada hewan terkena AIDS.
Perubahan kestabilan membawa akibat terjadinya bentuk kestabilan baru dengan cara penyesuaian diri (adaptasi) dari pelaku alam ini, jika pelaku alam tidak dapat beradaptasi maka terkenalah seleksi alam, sehingga pelaku alam itu musnah.
bencana alam
berbagai bencana alam terjadi mendahului peringatan International Natural Disaster Day
(14 Oktober) tahun ini. Perserikatan Bangsa Bangsa menetapkan Rabu kedua pada
bulan Oktober sebagai peringatan hari bencana alam internasional. Tujuannya
menggugah kesadaran masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah
rawan bencana, agar waspada menghadapi potensi bahaya alam yang dapat berubah
menjadi bencana bagi manusia. Bagi bangsa
penting, mengingat seluruh wilayah
Wilayah
Indo-Australia, Pasifik dan Filipina. Gempa bumi yang memporak-porandakan
Sumatra Barat, pekan lalu merupakan wujud nyata dari bahaya alam yang masih
berpotensi terjadi di wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Realitas bencana memperlihatkan
kepada kita bahwa alam bukan saja pemberi kehidupan bagi manusia namun juga
berpotensi merenggut dan menghancurkan hidup manusia. Potensi atau risiko bahaya
(hazard) yang dikandung oleh alam dapat menjelma menjadi bencana (disaster)
ketika manusia yang hidup di lingkungan alam tidak peduli akan resiko bahaya itu.
Padahal resiko bahaya adalah bagian dari alam. Dan resiko bahaya itu akan
berubah menjadi bencana ketika ada interaksi dengan manusia.
Paradoks antara alam yang
memberi hidup dan sekaligus berpotensi menghancurkan kehidupan manusia memaksa
kita untuk sadar dan memeriksa kembali kondisi-kondisi kehidupan kita dalam
relasi dengan alam. Pertanyaan etis yang dapat diajukan menyangkut paradoks ini
adalah bagaimana manusia harus membangun sikap berhadapan dengan alam.
Prinsip "The Good Life"
Pada prinsipnya bahaya
adalah bagian dari alam. Aktualisasi bahaya alam akan bermakna bencana ketika
ada keterlibatan manusia di dalamnya. Hidup di Indonesia (terutama di bagian
Timur yang merupakan pertemuan antara empat lempeng raksasa) tentu mengadung
risiko yang berbahaya. Karena pertemuan lempeng-lempeng raksasa itu akan
mengakibatkan gempa yang dahsyat di permukaan. Risiko bahaya yang bersifat
alamiah ini tidak selalu akan menjelma menjadi bencana jika kita menyiapkan diri
untuk menghadapi risiko berbahaya yang mungkin ditimbulkannya.
Bencana alam tidak selalu
bersifat alamiah, karena bencana dapat juga dipicu oleh perilaku manusia.
Eksploitasi sumber-sumber alam secara berlebihan, ledakan jumlah penduduk yang
menuntut pemekaran tempat pemukiman ke wilayah-wilayah yang ekosistemnya rawan,
penggunaan teknologi beremisi karbon tinggi adalah perilaku-perilaku yang dapat
memicu terjadinya perubahan iklim dan meningkatnya permukaan laut.
Bencana-bencana baru inilah yang siap kita tuai jika kita tidak segera
memperbaharui pola perilaku kita terhadap alam. Kita harus segera berhenti
menempatkan alam sebagai objek kesenangan belaka.
Prinsip kebaikan - the good
life- yang menjadi prinsip etis bagi kehidupan sosial manusia harus
diperluas hingga mencakup keseluruhan alam. Perluasan prinsip the good life
yang mencakup alam berpeluang memperbaiki berbagai kerusakan yang
ditimbulkan oleh manusia.
Prinsip the good life
mengawali perubahan perhatian para filsuf dari alam ke manusia. Akibatnya
prinsip ini hanya dimaknai dalam konteks manusia dan relasinya dengan sesama
manusia. Bagi kehidupan sosial, prinsip ini menghadirkan banyak perbaikan
menyangkut hidup manusia. Prinsip etis ini mendorong lahirnya konsep-konsep baru
yang penting bagi kemanusiaan seperti pengakuan atas hak dan kebebasan individu,
sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi berbasis industri yang pada
gilirannya mengubah pola konsumsi manusia.
Pemaknaan prinsip the good
life secara sempit jelas-jelas mengabaikan alam sebagai entitas yang tidak
bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku
manusia yang mengobjektifikasi alam berangkat dari tujuan mencapai the good
life bagi umat manusia. Dengan alasan mencapai kebaikan hidup, manusia
menjadikan alam sebagai alat pemuasan kesenangan. The good life tidak
dipahami sebagai tercapainya kualitas kemanusiaan (quality of life) namun
lebih dipahami sebagai pencapaian standar kehidupan (standard of living).
Demi mengejar apa yang dimaknai
sebagai the good life, dalam pengertian standard of living manusia
memberikan makna baru bagi benda-benda yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer yang harus dikejar
demi mencapai tuntutan standar kehidupan yang "layak". Rumah sebagai tempat
berteduh yang nyaman diartikan sebagai bangunan mewah yang terbuat dari beton
yang kokoh yang didirikan dikawasan perbukitan yang indah namun menyimpan
potensi bahaya karena rawan longsor.
Prinsip the good life
membutuhkan pemaknaan baru. Kebutuhan manusia pada alam memang tidak bisa
dielakkan namun kepunahan alam karena ekspolitasi berlebih yang dilakukan
manusia harus dieliminir. Dengan demikian the good life berarti
menempatkan alam sebagai mitra sejajar yang kebutuhannya juga harus dipahami.
Itu berarti manusia harus membangun budaya baru berkaitan dengan alam.
Alam sebagai Sahabat
Budaya baru yang harus
dibangun adalah budaya yang menempatkan alam sebagai sahabat manusia. Alam perlu
dipahami agar kehidupan manusia dalam dunianya tidak menuai bencana. Penafsiran
alam yang kejam harus diganti menjadi alam sebagai mitra sejajar manusia.
Alih-alih menjadikan alam sebagai objek yang harus ditundukkan sewajarnyalah
manusia menjadikan alam sebagai sahabat yang perlu dipahami dan dimengerti irama
dan pola kehidupannya. Dengan menempatkan alam sebagai sahabat manusia,
kelestarian manusia di alam menjadi lebih berpeluang.
Namun patut diingat juga bahwa
alam sebagai masa depan bukan tanpa risiko. Risiko-risiko itulah yang harus
dihadapi dengan bijaksana. Manusia yang memandang alam sebagai masa depan harus
siap menghadapi risiko bahaya yang memang merupakan kodrat alam. Membangun
budaya hidup bersama alam adalah pilihan bijak yang memberikan peluang bagi
manusia untuk terhidar dari bencana yang mungkin ditimbulkan oleh alam. Hidup
bersama dengan alam berarti manusia wajib memiliki pengetahuan yang cukup
tentang alam yang dimukiminya.
Alam dengan hukumnya berpotensi
membahayakan kehidupan manusia dan bahaya akan berubah menjadi bencana jika kita
tidak siap menghadapinya. Ratusan korban jiwa pada bencana di
menghadapai bahaya karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
alam mereka dan potensi bahayanya. Reruntuhan rumah beton dan longsoran tanah
sebagai penyebab utama kematian ratusan manusia merupakan petunjuk bahwa masyara-
kat tidak memiliki pengetahuan yang cukup.
Mengembangkan budaya hidup
bersama alam adalah tuntutan yang harus segera direalisir mengingat potensi
gempa masih akan terus terjadi di tahun-tahun mendatang. Pendidikan tentang
resiko bahaya alam harus menjadi pengetahuan umum bagi masyarakat kita. Dengan
pengetahuan itu masyakat tahu bahayanya membangun rumah beton yang tidak tahan
gempa atau bahayanya bermukim di wilayah rawan longsor dan sebagainya.
Relasi manusia dan alam memang
memuat risiko-risiko yang membahayakan bagi manusia. Risiko-risiko yang bersifat
alamiah itu tidak harus menjadi bencana bagi manusia jika manusia cermat
menangkap dan memahami gejala-gejala alam. Menjadikan alam sebagai sahabat
manusia membuat kita siap menghadapi risiko bahaya yang dikandung alam dan
sedapat mungkin menghindari bencana.
Jumat, 13 November 2009
Kisah Perjalanan Alam Semesta
Alam semesta merupakan sebuah daerah yang sangat besar, terisi dengan berbagai komponen yang bisa mengejutkan kita, termasuk hal-hal yang jauh dari bayangan kita. Teori kosmologi modern dimulai oleh Friedman pada tahun 1920 dan dikenal juga sebagai model kosmologi standar. Model kosmologi standar dimulai dengan prinsip di dalam skala besar, alam semesta homogen dan isotropis serta pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta. Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat.
Bintang merupakan salah satu objek yang bisa langsung dikenali saat kita melihat langit, tentu saja disamping bulan dan planet. Bintang sendiri memiliki beberapa tipe dan kelas, namun seringnya saat melihat bintang, kita akan langsung membandingkannya dengan Matahari. Bintang-bintang yang ada di langit terikat satu sama lainnya dalam suatu ikatan gravitasi yang membentuk galaksi Bima Sakti.
Bima Sakti juga bukan satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta. Bima Sakti hanya merupakan satu dari miliaran galaksi yang ada dalam alam semesta teramati. Alam semesta teramati ini terdiri dari galaksi dan materi-materi lainnya yang secara prinsip bisa teramati dari Bumi saat ini. Tentunya cahaya atau sinyal lainnya dari obyek-obyek ini membutuhkan waktu untuk mencapai kita.
Tahun 1929, Edwin Hubble yang bekerja di Carniege Observatories
Jika demikian, bisa dikatakan alam semesta di masa lalu itu jauh lebih kecil dan lebih jauh lagi ke masa lalu, alam semesta ini hanya berupa sebuah titik. Titik yang kemudian dikenal sebagai dentuman besar, sekaligus awal dari alam semesta yang bisa kita pahami saat ini. Alam semesta yang mengembang ini terbatas dalam ruang dan waktu.
Mengapa alam semesta ini tidak runtuh seperti prediksi
Secara umum ketiga solusi itu adalah, alam semesta terbuka, alam semesta datar dan alam semesta tertutup. Untuk alam semesta terbuka, ia akan mengembang selamanya, jika ia merupakan alam semesta datar maka akan terjadi pengembangan selamanya dengan laju pengembangan mendekati nol setelah waktu tertentu. Jika alam semesta merupakan alam semesta tertutup, ia akan berhenti mengembang dan mulai mengalami keruntuhan terhadap dirinya sendiri dan kemungkinan akan memicu terjadinya dentuman besar lainnya. Untuk ketiga solusi ini, alam semesta akan mengalami perlambatan dalam mengembang sebagai akibat dari gravitasi.
Pengamatan yang dilakukan saat ini pada supernova jauh menunjukan terjadinya pengembangan alam semesta yang mengalami percepatan, yang diakibatkan oleh keberadaan energi kelam. Tak seperti gravitasi yang memperlambat terjadinya pengembangan, energi kelam justru mempercepat pengembangan. Nah jika memang energi kelam ini memainkan peranan yang penting dalam evolusi alam semesta, maka kemungkinan yang terjadi alam semesta akan terus mengembang secara eksponensial selamanya.
Alam Semesta Dini
Namun sesungguhnya, alam semesta yang kita lihat saat ini berbeda jauh dengan masa lalu. Jika manusia mengalami yang namanya pertumbuhan dari bayi sampai dewasa, alam semesta juga demikian. Di awal sejarahnya, alam semesta merupakan daerah yang sangat panas dan padat. Suatu keadaan yang berbeda jauh dari alam semesta yang ada saat ini yang sudah sangat layak menjadi tempat hunia. Jika kita menelaah ke masa lalu, maka akan ditemukan pada saat awal sejarah alam semesta, keadaanya yang panas tidak memungkinkan adanya atom, karena elektron bergerak bebas dan pada keadaan yang lebih awal lagi, nuklei terpisah menjadi proton dan netron, dan alam semesta merupakan plasma yang luar biasa panas yang terdiri dari partikel-partikel sub nuklir. Jika kita telusuri lebih jauh lagi ke awal alam semesta maka akan ditemukan kalau alam semesta memiliki titik awal yang dikenal sebagai dentuman besar atau ledakan besar.
Jika gambaran besar alam semesta kita majukan dari Big Bang, maka akan kita temukan kalau alam semesta mengembang dari plasma yang panas dan padat menjadi alam semesta yang cukup dingin yang terlihat saat ini. Namun dalam sejarah pengembangannya, ada beberapa periode singkat saat alam semesta masih berusia sekitar 1 menit dimana proton dan netron tersintesis menjadi nuklei ( helium, deutrium, dan lithium, bersamaan dengan proton-proton tunggal yang membentuk nukeli hidrogen). Kemudian elektron bergabung dengan nuklei membentuk atom saat alam semesta berusia sekitar 370 000 tahun. Pada titik inilah alam semesta menjadi transparan dan dari radiasi foton yang lepas kita bisa mendapatkan informasi tentang alam semesta.
Pada saat alam semesta mengembang panjang gelombang mengalami pergeseran menjadi lebih panjang, sehingga temperatur radiasi menurun sampai sekitar 3 derajat Kelvin, membentuk apa yang kita kenal sebagai cosmic microwave background (CMB). CMB sendiri bisa dinyatakan sebagai emisi yang datang dari alam semesta yang masih sangat muda dan partikel berada dalam keadaan setimbang termodinamik sempurna. CMB menjadi sangat penting, karena CMB merupakan petunjuk yang membawa informasi alam semesta dini. Hasil CMB menunjukkan adanya homogenitas atau keseragaman yang tinggi dalam distribusi temperatur alam semesta.
Isi alam semesta sendiri cukup beragam, bukan hanya apa yang bisa terlihat. Dari yang terdeteksi, ternyata alam semesta ini 5% terdiri dari materi (atom yang membentuk bintang, gas, debu, dan planet). Dan ada 25 % dari alam semesta yang terisi oleh materi gelap, partikel baru yang bahkan beum bisa dideteksi oleh laboratorium manapun di bumi ini. Sementara 70% alam semesta diisi oleh energi gelap, yang terdistribusi merata dan energi ini pun masih menjadi sbeuah misteri yang tak terpecahkan bagi dunia sains. Energi gelap diperkirakan merupakan energi vakum yang tak terpisahkan dari ruang waktu atau mungkin bisa juga sesuatu yang jauh lebih eksotik dari itu.
Tampaknya model Big Bang konvensional memberikan suatu keselarasan dengan hasil observasi, selama kita memberikan suatu kondisi awal yang spesifik pada awal alam semesta yakni : alam semesta yang mengembang dengan kerapatan yang sama di semua titik dalam ruang, namun ada gangguan kecil yang menyebabkan alam semesta berkembang ke keadaan sekarang. Mengapa demikian?
Dari model kosmologi standar terdapat dua permasalahan besar yakni masalah horison dan masalah kurvatur alam semesta. Semakin dini alam semesta, kerapatannya akan mendekati kerapatan kritis, maka berapapun kerapatan alam semesta sekarang, pada alam semesta dini perbedaan kerapatannya haruslah sangat kecil. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa menjumpai alam semesta pada keadaan sekarang. Jika perbedaannya besar, maka untuk model alam semesta tertutup, alam semesta sudah mengalami kehancuran besar atau big crunch dan untuk model alam semesta mengembang, temperatur 3 Kelvin telah dicapai sebelum saat ini.
Sedangkan masalah horison berkaitan dengan batas sesuatu yang bisa diamati dengan yang belum teramati. Intinya, dari CMB kita temukan adanya keseragaman temperatur. Nah temperatur ini bisa seragam tentu karena adanya komunikasi antara partikel-partikel dalam alam semesta. Namun setelah kita telusuri jejak ke masa lalu, ternyata horison itu kecil dan menunjukkan kalau setelah big bang dan alam semesta mengembang partikel-partikel yang awalnya bisa saling berkomunikasi akan tidak bisa saling berkomunikasi lagi karena berada di luar horison tersebut. Nah bagaimana supaya partikel-partikel tersebut bisa saling berkomunikasi? Jawabannya perbesar horison, nah jawaban yang memungkinkan untuk kedua masalah ini adalah adanya inflasi alam semesta.
Apa itu Inflasi? Inflasi alam semesta merupakan pengembangan alam semesta secara eksponensial dalam waktu yang sangat singkat saat alam semesta dini. Bahkan satu kedipan matapun lebih lambat dari inflasi alam semesta. Inflasi terjadi dalam waktu kurang dari 1 detik. Cepat sekali bukan? Mengapa perlu adanya inflasi?
Inflasi diperlukan untuk memecahkan masalah kurvatur alam semesta maupun masalah horizon. Dengan adanya inflasi maka horizon alam semesta bisa diperbesar sampai keadaan dimana partikel-partikel berada dalam lingkup horizon dan bisa slaing berkomunkiasi. Selain itu dengan pengembangan alam semesta secara tiba-tiba (eksponensial) maka setelah alam semesta mengalami inflasi, setelah itu ia akan mengembang mengikuti model standar dan pada akhirnya bisa mencapai keadaan saat ini. Tanpa inflasi evolusi alam semesta mungkin sudah mencapai masa akhirnya (kehancuran besar untuk alam semesta tertutup) atau kondisi dimana temperatur alam semesta mencapai suhu 3 K terjadi jauh sebelum sekarang.
Namun sampai saat ini belum ada model inflasi yang pasti. Berbagai model inflasi masih terus dikembangkan. Alam semesta memang menyimpan segudang misteri untuk dipecahkan, namun setiap satu misteri terungkap akan muncul misteri baru. Ruang waktu seperti sebuah jajaran teka teki yang menanti manusia untuk mengisi setiap jawaban.
Artikel Terkait
Format: Paperback, 302 halaman Penerbit: Kanisius Pengarang: A. Gunawan Admiranto Harga : Rp.60.0...
Pada tanggal 15-16 Januari 2009, para astronom dari seluruh dunia berkumpul di
Untuk apa belajar Astronomi? Tidak jauh berbeda dengan ilmu pasti alam lainnya, dengan astronomi ses...
Tagged as: alam semesta, alam semesta mengembang, big bang, inflasi
Sejarah alam
Anda sesungguhnya dapat mengamati sendiri gelombang-gelombang mikro ini. Pasang televisi anda pada sebuah saluran kosong. Beberapa persen dari salju yang anda lihat pada layar, akan disebabkan oleh latar belakang gelombang-gelombang mikro. Penafsiran masuk akal satu-satunya dari latar belakang tersebut adalah bahwa itu adalah radiasi yang tersisa dari sebuah keadaan awal yang sangat panas dan padat. Ketika alam semesta mengembang, radiasi akan telah mendingin sampai tinggal ampas redup yang kita amati sekarang.
Walaupun teorema-teorema keganjilan Penrose dan saya sendiri, memprediksi bahwa alam semesta memiliki sebuah permulaan, teorema-teorema tersebut tidak menjelaskan bagaimana alam semesta bermula. Persamaan-persamaan dari Relativitas Umum akan roboh pada keganjilan. Dengan demikian teori milik Einstein tidak dapat memprediksi bagaimana alam semesta akan bermula, tetapi hanya bagaimana alam semesta berevolusi setelah ia bermula. Ada dua sikap yang dapat diambil mengenai hasil-hasil dari Penrose dan saya. Satu adalah bahwa Tuhan memilih bagaimana alam semesta bermula untuka alasan-alasan yang tidak dapat kita pahami. Ini adalah pandangan Paus John Paul. Dalam sebuah konferensi mengenai kosmologi di Vatikan, Paus berkata pada para peserta bahwa OKE saja mempelajari alam semesta setelah ia bermula, tetapi para peserta tidak seharusnya mempertanyakan permulaan itu sendiri, karena itu adalah saat penciptaan dan hasil karya Tuhan. Saya gembira saat itu Paus tidak menyadari bahwa saya telah mempresentasikan sebuah makalah pada konferensi tersebut, menyarankan bagaimana alam semesta bermula. Saya tidak bercita-cita diserahkan pada Inkuisisi, seperti Galileo. (Gambar Stephen Hawking dalam penjara muncul di layar. Penonton tertawa, lalu bertepuk tangan.)
Penafsiran lain dari hasil-hasil kami, yang disukai oleh kebanyakan ilmuwan, adalah bahwa itu menunjukkan bahwa Teori Umum Relativitas, roboh di medan gravitasi yang sangat kuat dalam alam semesta awal. Teori tersebut harus digantikan oleh sebuah teori yang lebih lengkap.. Orang akan berharap demikian memang, karena Relativitas Umum tidak memperhitungkan struktur materi yang berskala kecil, yang diatur oleh teori kuantum. Biasanya hal ini tidak masalah, karena skala alam semesta, yang besar sekali dibandingkan skala mikroskopis dari teori kuantum. Tetapi ketika alam semesta berukuran Planck, seper milyar trilyun trilyun dari satu sentimeter, dua skala tersebut adalah sama, dan teori kuantum harus diperhitungkan.
Untuk memahami Asal usul alam semesta, kita perlu mengkombinasikan Teori Umum Relativitas, dengan teori kuantum. Cara terbaik melakukannya, tampaknya adalah dengan menggunakan gagasan milik Feynman mengenai sebuah jumlah melingkupi sejarah-sejarah. (Foto Richard Feynman dan foto tam-tam muncul di layar.) Richard Feynman adalah orang yang bersemangat, yang memainkan genderang bongo dengan sendi terpisah [saya bingung apa terjemahan yang tepat untuk strip joint, mungkin tayangan ini bisa membantu: http://www.youtube.com/watch?v=qWabhnt91Uc&feature=related ] di Pasadena , dan seorang ahli fisika brilian di California Institute of Technology. Dia mengusulkan bahwa sebuah sistem beralih dari keadaan A, menuju keadaan B, dengan tiap jalur atau sejarah yang mungkin. (A~ S e iS[g]/h Jumlah keseluruhan metrika konsisten dengan kondisi-kondisi perbatasan tertentu.) [Apa artinya rumus A~ S e iS[g]/h dalam bahasa awam? Tolong dibantu.]
Tiap jalur atau sejarah, mempunyai amplitudo atau intensitas tertentu, dan probabilitas dari sistem beralih dari A- menjadi B, ditentukan dengan menambahkan amplitudo-amplitudo tiap jalur. Akan ada sebuah sejarah di mana bulan terbuat dari keju biru, tetapi amplitudonya rendah, yang merupakan berita buruk bagi tikus. (Gambar bulan dimakan tikus muncul di layar. Penonton tertawa.) [Apa hubungan amplitudo dengan sejarah? Bagaimana menentukan amplitudo sejarah? Tolong dibantu.]
Probabilitas untuk sebuah keadaan alam semesta di saat sekarang, ditentukan dengan menjumlahkan amplitudo-amplitudo dari semua sejarah yang berakhir dengan keadaan itu. Tetapi bagaimana sejarah-sejarah tadi bermula? Ini adalah pertanyaan Asli dalam penyamaran lain. Apakah membutuhkan sesosok Pencipta untuk menfirmankan bagaimana alam semesta bermula? Atau apakah keadaan awal alam semesta, ditentukan oleh sebuah hukum sains?
Pada kenyataannya, pertanyaan ini akan tetap timbul bahkan jika sejarah-sejarah dari alam semesta kembali ke masa lalu tak terbatas. Tetapi lebih segera jika alam semesta bermula hanya 15 milyar tahun yang lalu. Masalah apa yang terjadi pada permulaan waktu, adalah sedikit mirip dengan apa yang terjadi pada ujung dunia, ketika orang mengira dunia datar. Apakah dunia sebuah piring datar, dengan laut tumpah di ujungnya? Saya telah menguji ini dengan percobaan. Saya telah mengelilingi dunia, dan saya tidak terjatuh. (Gambar Bumi datar & gambar orang jatuh memegang balon muncul di layar.)
Seperti yang kita semua ketahui, masalah apa yang terjadi di ujung dunia, dipecahkan ketika orang menyadari bahwa dunia bukanlah piring datar, tetap permukaan melengkung. Akan tetapi waktu tampaknya berbeda. Tampaknya terpisah dari ruang, dan harus seperti sebuah model rel kereta api. Jika waktu memiliki permulaan, akanlah harus ada seseorang yang menggerakkan kereta api. (Gambar kereta api dan rel kereta api muncul di layar.)
Teori Umum milik Einstein, menggabungkan waktu dan ruang sebagai ruang-waktu, tetapi waktu tetap berbeda dari ruang, dan seperti sebuah koridor, yang bisa memiliki awal dan akhir, maupun berlangsung selamanya. Bagaimanapun juga, ketika mengkombinasikan Relativitas Umum dengan Teori Kuantum, Jim Hartle dan saya, menyadari bahwa waktu dapat berperilaku seperti arah lain dalam ruang angkasa di bawah kondisi-kondisi ekstrim. Ini artinya orang dapat terlepas dari masalah waktu memiliki sebuah permulaan, dalam cara yang sama seperti kita terlepas dari masalah ujung dunia
Sejarah alam
Anda sesungguhnya dapat mengamati sendiri gelombang-gelombang mikro ini. Pasang televisi anda pada sebuah saluran kosong. Beberapa persen dari salju yang anda lihat pada layar, akan disebabkan oleh latar belakang gelombang-gelombang mikro. Penafsiran masuk akal satu-satunya dari latar belakang tersebut adalah bahwa itu adalah radiasi yang tersisa dari sebuah keadaan awal yang sangat panas dan padat. Ketika alam semesta mengembang, radiasi akan telah mendingin sampai tinggal ampas redup yang kita amati sekarang.
Walaupun teorema-teorema keganjilan Penrose dan saya sendiri, memprediksi bahwa alam semesta memiliki sebuah permulaan, teorema-teorema tersebut tidak menjelaskan bagaimana alam semesta bermula. Persamaan-persamaan dari Relativitas Umum akan roboh pada keganjilan. Dengan demikian teori milik Einstein tidak dapat memprediksi bagaimana alam semesta akan bermula, tetapi hanya bagaimana alam semesta berevolusi setelah ia bermula. Ada dua sikap yang dapat diambil mengenai hasil-hasil dari Penrose dan saya. Satu adalah bahwa Tuhan memilih bagaimana alam semesta bermula untuka alasan-alasan yang tidak dapat kita pahami. Ini adalah pandangan Paus John Paul. Dalam sebuah konferensi mengenai kosmologi di Vatikan, Paus berkata pada para peserta bahwa OKE saja mempelajari alam semesta setelah ia bermula, tetapi para peserta tidak seharusnya mempertanyakan permulaan itu sendiri, karena itu adalah saat penciptaan dan hasil karya Tuhan. Saya gembira saat itu Paus tidak menyadari bahwa saya telah mempresentasikan sebuah makalah pada konferensi tersebut, menyarankan bagaimana alam semesta bermula. Saya tidak bercita-cita diserahkan pada Inkuisisi, seperti Galileo. (Gambar Stephen Hawking dalam penjara muncul di layar. Penonton tertawa, lalu bertepuk tangan.)
Penafsiran lain dari hasil-hasil kami, yang disukai oleh kebanyakan ilmuwan, adalah bahwa itu menunjukkan bahwa Teori Umum Relativitas, roboh di medan gravitasi yang sangat kuat dalam alam semesta awal. Teori tersebut harus digantikan oleh sebuah teori yang lebih lengkap.. Orang akan berharap demikian memang, karena Relativitas Umum tidak memperhitungkan struktur materi yang berskala kecil, yang diatur oleh teori kuantum. Biasanya hal ini tidak masalah, karena skala alam semesta, yang besar sekali dibandingkan skala mikroskopis dari teori kuantum. Tetapi ketika alam semesta berukuran Planck, seper milyar trilyun trilyun dari satu sentimeter, dua skala tersebut adalah sama, dan teori kuantum harus diperhitungkan.
Untuk memahami Asal usul alam semesta, kita perlu mengkombinasikan Teori Umum Relativitas, dengan teori kuantum. Cara terbaik melakukannya, tampaknya adalah dengan menggunakan gagasan milik Feynman mengenai sebuah jumlah melingkupi sejarah-sejarah. (Foto Richard Feynman dan foto tam-tam muncul di layar.) Richard Feynman adalah orang yang bersemangat, yang memainkan genderang bongo dengan sendi terpisah [saya bingung apa terjemahan yang tepat untuk strip joint, mungkin tayangan ini bisa membantu: http://www.youtube.com/watch?v=qWabhnt91Uc&feature=related ] di Pasadena , dan seorang ahli fisika brilian di California Institute of Technology. Dia mengusulkan bahwa sebuah sistem beralih dari keadaan A, menuju keadaan B, dengan tiap jalur atau sejarah yang mungkin. (A~ S e iS[g]/h Jumlah keseluruhan metrika konsisten dengan kondisi-kondisi perbatasan tertentu.) [Apa artinya rumus A~ S e iS[g]/h dalam bahasa awam? Tolong dibantu.]
Tiap jalur atau sejarah, mempunyai amplitudo atau intensitas tertentu, dan probabilitas dari sistem beralih dari A- menjadi B, ditentukan dengan menambahkan amplitudo-amplitudo tiap jalur. Akan ada sebuah sejarah di mana bulan terbuat dari keju biru, tetapi amplitudonya rendah, yang merupakan berita buruk bagi tikus. (Gambar bulan dimakan tikus muncul di layar. Penonton tertawa.) [Apa hubungan amplitudo dengan sejarah? Bagaimana menentukan amplitudo sejarah? Tolong dibantu.]
Probabilitas untuk sebuah keadaan alam semesta di saat sekarang, ditentukan dengan menjumlahkan amplitudo-amplitudo dari semua sejarah yang berakhir dengan keadaan itu. Tetapi bagaimana sejarah-sejarah tadi bermula? Ini adalah pertanyaan Asli dalam penyamaran lain. Apakah membutuhkan sesosok Pencipta untuk menfirmankan bagaimana alam semesta bermula? Atau apakah keadaan awal alam semesta, ditentukan oleh sebuah hukum sains?
Pada kenyataannya, pertanyaan ini akan tetap timbul bahkan jika sejarah-sejarah dari alam semesta kembali ke masa lalu tak terbatas. Tetapi lebih segera jika alam semesta bermula hanya 15 milyar tahun yang lalu. Masalah apa yang terjadi pada permulaan waktu, adalah sedikit mirip dengan apa yang terjadi pada ujung dunia, ketika orang mengira dunia datar. Apakah dunia sebuah piring datar, dengan laut tumpah di ujungnya? Saya telah menguji ini dengan percobaan. Saya telah mengelilingi dunia, dan saya tidak terjatuh. (Gambar Bumi datar & gambar orang jatuh memegang balon muncul di layar.)
Seperti yang kita semua ketahui, masalah apa yang terjadi di ujung dunia, dipecahkan ketika orang menyadari bahwa dunia bukanlah piring datar, tetap permukaan melengkung. Akan tetapi waktu tampaknya berbeda. Tampaknya terpisah dari ruang, dan harus seperti sebuah model rel kereta api. Jika waktu memiliki permulaan, akanlah harus ada seseorang yang menggerakkan kereta api. (Gambar kereta api dan rel kereta api muncul di layar.)
Teori Umum milik Einstein, menggabungkan waktu dan ruang sebagai ruang-waktu, tetapi waktu tetap berbeda dari ruang, dan seperti sebuah koridor, yang bisa memiliki awal dan akhir, maupun berlangsung selamanya. Bagaimanapun juga, ketika mengkombinasikan Relativitas Umum dengan Teori Kuantum, Jim Hartle dan saya, menyadari bahwa waktu dapat berperilaku seperti arah lain dalam ruang angkasa di bawah kondisi-kondisi ekstrim. Ini artinya orang dapat terlepas dari masalah waktu memiliki sebuah permulaan, dalam cara yang sama seperti kita terlepas dari masalah ujung dunia